Masyarakat Kabupaten Alor Antusias Sambut Program DREF Kekeringan PMI | lintas86.com

Masyarakat Kabupaten Alor Antusias Sambut Program DREF Kekeringan PMI


lintas86.com, Alor - PMI Provinsi NTT melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) program Disaster Response Emergency Fund (DREF) Kekeringan di wilayah PMI Kabupaten Alor yang dilaksanakan pada tanggal 19-23 Mei 2024. 

Dalam kegiatan Monev ini, PMI Pusat dan PMI Provinsi NTT memfokuskan pada isu Community Engagement and Accountability (CEA) atau Pelibatan Masyarakat dan Akuntabilitas dan Protection Gender and Inclusion (PGI) atau Perlindungan Gender dan Inklusi merupakan bagian penting dalam mengukur keberberhasilan program DREF Kekeringan yang dilaksanakan oleh PMI di wilayah Kabupaten Alor.

Pengurus PMI Kabupaten Alor menyambut baik pelaksanaan program DREF yang dilaksanakan oleh PMI karena sangat membantu masyarakat yang mengalami dampak kekeringan. 

Dalam sambutannya, Sekretaris PMI Kabupaten Alor menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dukungan program DREF serta merupakan program yang paling cepat dilaksanakan di awal tahun 2024. 

“Kami menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada PMI Pusat, Provinsi NTT dan IFRC atas program DREF yang dilaksanakan di Kabupaten Alor. Program ini merupakan program paling cepat diimplementasikan dan dirasakan oleh masyarakat serta tepat sasaran. Saat ini, Kabupaten Alor sudah dilanda musim kemarau dan masyarakat mengalami kesulitan air bersih. PMI melalui program DREF hadir dan memberikan kontribusi langsung dengan giat distribusi air bersih, perbaikan jaringan distribusi serta menyiapkan tandon penampung air di desa-desa program. Hal ini sangat membantu, karena harga air tangki di sini sangat mahal”, jelas Ibu Dra. Euis Arnesah.

Dalam kunjungan lapangan ke desa Otvai dan Lawahing, pemeritah desa menyampaikan terima kasih kepada PMI yang sudah hadir dan mendukung pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah desa mereka. 

Kepala Desa (Kades) Desa Otvai, Kecamatan Alor Barat Laut menyampaikan bahwa dukungan PMI melalui program air bersih ini sangat membantu karena wilayah desa Otvai merupakan daerah yang kesulitan air bersih. 

“Desa Otvai ini berada di daerah gunung dan sumber air sangat jauh sehingga untuk mencukupi kebutuhan air bersih, masyarakat harus menampung air hujan untuk kebutuhan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) dan untuk air minum, masyarakat harus membeli air tangki dengan kisaran harga Rp 400.000 sampai Rp 500.000 per tangki tergantung jarak. Maka program air bersih dari PMI ini sangat membantu dan mengurangi beban masyarakat untuk membeli air tangki”, jelas Samuel Lahal.

Hal senada juga ditegaskan oleh Kepala Dusun 1 Desa Otvai, yang berharap penuh agar PMI bisa mendukung penyediaan pipa untuk mendukung jaringan distribusi air bagi masyarakat Otvai. 

Ia menjelaskan bahwa, pada bulan November-Desember 2023 lalu, Kodim 1612 Alor sudah membantu masyarakat desa Otvai dengan menyediakan bak penampung dan hydrant untuk memompa air dari sungai Adang menuju ke pemukiman masyarakat. 

Dalam proses pengerjaannya, masyarakat terlibat langsung bahkan untuk memikul bahan dari Kampung menuju ke sumber air dengan medan yang curam dan terjal sebab masyarakat sangat merindukan air bersih. 

Tetapi sejauh ini, air itu belum dinikmati karena persediaan air di bak penampung sementara belum cukup sehingga hydrant belum bekerja optimal dan akhirnya tekanan air dari sungai menuju bak penampung utama di dekat perkampungan belum berjalan baik. Kami berharap, agar PMI bisa bantu tambahan pipa sebanyak 300 M untuk mengalirkan air dari sungai Adang menuju bak penampung sementara sehingga dua hydrant bisa bekerja maksimal untuk memompa air ke bak penampung utama dengan ukuran 6 x 6 M itu”, jelas Yulius Ani. 

Sementara itu, perwakilan kaum ibu yang dijumpai di lokasi pengambilan air di dusun Pitungbang, Desa Otvai juga menyampaikan bahwa kami kesulitan air bersih tetapi kami bersyukur karena salah satu sumber air yang cukup dekat dari rumah kami masih tetap bertahan dan airnya jernih. 

“Setiap hari, setelah berkebun kami timba air di sini. Ini bak penampung yang dibuat sejak zaman Belanda dan dibangun tahun 1935. Saya timba air dua kali, pagi dan sore hari dengan memikul gallon air berkapasitas 10 liter. Air ini hanya digunakan untuk minum dan air ini sangat baik dan jernih. Sedangkan untuk aktivitas MCK kami gunakan air hujan”, tangkas Tin Mail.

Sedangkan Kades Desa Lawahing, Kecamatan Kabola juga menyampaikan apresiasi besar kepada PMI yang sudah hadir dan berkontribusi langsung mendukung penyediaan air bersih di wilayah desa Lawahing. 

“Sebagai pemerintah desa, saya menyampaikan apresiasi yang besar kepada PMI yang sudah hadir dan mendistribusikan air bersih kepada masyarakat. PMI tidak saja fokus pada distribusi air bersih tetapi juga menyediakan tandon-tandon penampung air. Masyarakat di sini hampir 99 persen adalah petani dan harus menyisikan sejumlah uang untuk membeli air tangki dengan harga Rp 400.000 per tangki”, jelas Penias Moulaa. 

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa masyarakat di desa Lawahing juga terdiri dari kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, lansia, penyandang dishabilitas yang membutuhkan air bersih. 

“Di sini kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, lansia, dishabilitas ada di setiap RT/RW. Dan tentunya kelompok rentan ini perlu diperhatikan selain dengan adanya posyandu rutin setiap bulan, kebutuhan air bersih juga menjadi prioritas bagi mereka”, tandasnya.

Perwakilan masyarakat Desa Lawahing menegaskan bahwa pada musim kemarau, masyarakat sangat kesulitan untuk akses air bersih selain karena ketiadaaan sumber air tetapi juga harga air tangki yang mahal.

 “Sebagai ibu rumah tangga, air merupakan kebutuhan dasar dan menjadi hal penting. Di wilayah kami, air sangat susah dan kami sangat bersyukur jika musim hujan tiba sehingga kami bisa tampung air untuk kebutuhan sehari-hari. Tetapi sekarang, musim tidak menentu dan kami rasakan kemarau sudah mulai dan lebih lama dibandingkan musim hujan”, jelas Ibu Irni Nubrihas. 

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa kami harus melakukan penghematan air,

“Karena air susah, maka kami harus hemat. Bahkan air limbah tidak dibuang sembarang, tetapi dimanfaatkan lagi untuk menyirami tanaman atau untuk keperluan kakus. Kami berterima kasih karena PMI bantu dengan distribusi air bersih”, tandasnya.

Untuk mendukung pelaksanaan program, Kepala Markas PMI Kabupaten Alor menyampaikan bahwa telah dilaksanakan Pelatihan Water,Sanitation and Hygiene (WASH) untuk masyarakat Desa Otvai dan Lawahing. 

“Sebagai bentuk dukungan program, PMI Kabupaten Alor telah melakukan pelatihan WASH untuk masyarakat yang dilaksanakan tanggal 22-23 Mei 2024 khususnya terkait pemanfaatan air, sanitasi dan kebersihan di rumah tangga dan lingkungan masyarakat. Melalui kegiatan ini, PMI juga akan mendapat umpan balik tentang imlementasi program DREF ini dan masyarakat sangat mendukung aktivitas program”, jelas Semy Datemoli


Program DREF Kekeringan di Kabupaten Alor dilaksanakan di Desa Otvai dan Lawahing yang menjadi wilayah prioritas untuk kegiatan distribusi air bersih, perbaikan jaringan distribusi, pembuatan jebakan dan sumur tadah hujan, perbaikan bak penampung dan penyediaan tandon air. 

Kegiatan ini diikuti oleh Pengurus PMI Kabupaten Alor, Direktur Program DREF PMI Pusat, Pendamping CEA dari PMI Jawa Tengah, Kadiv Pelayanan dan PIC Program PMI NTT, Kepala Markas, Staf dan Relawan PMI Kabupaten Alor, Kepala Desa Otvai dan Lawahing serta masyarakat di dua desa. (min)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url