Siswa SMP Terbuka, Kini Jadi Guru Favorit! Begini Cerita Perjalanan Tarmin
0 menit baca
lintas86.com, Ponorogo - Memperingati Hari Guru Nasional, perhatian kita diajak kembali kepada kisah-kisah inspiratif dari dunia pendidikan yang kerap kali terabaikan. Salah satu cerita luar biasa itu datang dari Tarmin, seorang pria yang berangkat dari keterbatasan hingga akhirnya menggapai mimpi menjadi seorang guru Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) di SMK Negeri 2 Ponorogo, Jawa Timur. Perjalanan hidup Tarmin, yang kini dikenal sebagai salah satu guru favorit, adalah bukti nyata kekuatan tekad dan semangat pantang menyerah.
Kisah Tarmin dimulai di sebuah desa kecil di Jawa Tengah, tepatnya Slogoretno, Jatipurno, Wonogiri. Lahir dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi memaksanya untuk mandiri sejak usia dini. Pendidikan dasar hingga menengah ditempuh di SMP Terbuka, yang saat itu menginduk pada SMP Negeri 2 Jatipurno. Meski fasilitas sangat terbatas, dengan sistem belajar yang hanya mempertemukan guru dan murid dua kali dalam seminggu, Tarmin tidak surut semangat.
Pembelajaran didominasi oleh modul dan rekaman kaset tape recorder bantuan pemerintah yang diputar bersama-sama. Kondisi ini mengharuskan Tarmin, dan siswa lain, untuk banyak belajar secara mandiri. Mengingat kembali masa itu, Tarmin menuturkan,
"Kami harus mengatur waktu dengan ketat, pagi membantu keluarga mencari rumput sebelum bisa fokus belajar.". ujarnya
Tidak hanya soal ekonomi, Tarmin juga menghadapi tantangan sosial sebagai siswa SMP Terbuka. Stigma masyarakat yang memandang sebelah mata pendidikan non-formal menjadi tantangan tersendiri. Dari ratusan yang mendaftar, hanya puluhan yang bertahan hingga akhir. Tarmin adalah salah satunya.
Kesempatan mewakili sekolah dalam Lomba Motivasi Belajar Mandiri tingkat provinsi semakin menguatkan keyakinan Tarmin bahwa jalur pendidikan alternatif tidak menghalangi prestasi. Saat lulus, nilai akhir Tarmin justru melampaui banyak siswa dari SMP reguler.
Dari SMP Terbuka, Tarmin melanjutkan pendidikan ke SMK dan kemudian ke perguruan tinggi, menekuni bidang Teknik Komputer. Sambil kuliah, ia mencari penghasilan tambahan dengan bekerja sebagai jasa pengetikan, rental komputer, hingga servis komputer. Semua dilakukannya untuk menopang biaya pendidikan.
Pada tahun 2008, kerja keras itu berbuah manis. Tarmin lulus sebagai Sarjana Komputer (S.Kom) dan setahun kemudian meraih kesempatan emas saat diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Tarmin pun ditugaskan mengajar di SMK Negeri 2 Ponorogo, sebuah posisi yang diimpikannya.
Mengenang perjalanan panjang yang sudah ditempuh, Tarmin tidak lupa membagikan pesannya bagi siswa yang menempuh jalur pendidikan non-formal. "Jangan pernah berkecil hati. Status sekolah bukan penentu masa depan. Fasilitas terbatas justru bisa menjadi pemicu untuk membuktikan diri," ujar Tarmin.
Tarmin menegaskan bahwa tekad, semangat belajar, dan keberanian untuk terus melangkah jauh lebih menentukan dari sekadar fasilitas yang dimiliki.
Tidak lupa, dalam peringatan Hari Guru ini, Tarmin mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para guru yang telah membimbing dan memotivasinya sepanjang perjalanan hidupnya. Harapannya, semua dedikasi dan kebaikan para pendidik mendapat balasan terbaik dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kisah Tarmin adalah salah satu dari sekian banyak cerita inspiratif tentang perjuangan murid dan dedikasi guru. Semoga menjadi pengingat bahwa pendidikan adalah jembatan emas bagi siapa saja yang berani bermimpi dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik.
"Selamat Hari Guru," tutur Tarmin, menyampaikan salam hormat dari murid yang dulu berjuang dengan segala keterbatasan.
Penulis: Zabidi
Editor: Redaksi
