Karya Alumni SMKN 2 Ponorogo, Batik Reog Ponorogo "Curi Perhatian" di Shanghai, Tiongkok
0 menit baca
Acara yang merupakan kolaborasi antara Donghua University dan University of Edinburgh ini, menampilkan talenta-talenta muda desainer dari seluruh dunia. Di antara karya-karya inovatif itu, hadir batik Reog Tribusono yang tak hanya memamerkan keindahan motif, tetapi juga membawa cerita tentang warisan budaya Ponorogo.
Kolaborasi apik dengan mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya menghasilkan busana-busana elegan yang memadukan keindahan batik tradisional dengan sentuhan modern. Reog, kesenian ikonik Ponorogo, menjadi sumber inspirasi utama, menghasilkan motif yang kaya dan memukau.
"Respons dari masyarakat Tiongkok sangat luar biasa," ungkap Yoanita Kartika Sari Tahalele, dosen Universitas Ciputra.
"Beberapa busana bahkan langsung diborong, sementara yang lain kami simpan untuk riset dan pengembangan model. Ini menunjukkan apresiasi terhadap inovasi dalam mengangkat budaya tradisional.". Jelasnya
Keberhasilan Sakha Batik ini terasa semakin istimewa karena sejalan dengan pengukuhan Ponorogo sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN). Pengakuan Reog sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada Desember 2024 semakin mengukuhkan posisinya sebagai simbol budaya yang mendunia.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo terus mendukung penuh geliat ekonomi kreatif berbasis budaya, dengan Reog, batik, dan kuliner sebagai tiga pilar utama. Sakha Batik pun tak henti berinovasi, menciptakan motif-motif batik bernuansa Reog yang unik dan siap bersaing di pasar global.
Kisah sukses Heni Masruroh dan Sakha Batik adalah bukti nyata bahwa inovasi, budaya, dan pendidikan dapat berpadu harmonis. Warisan budaya lokal dapat menembus batas negara jika dikembangkan dengan kreativitas dan kolaborasi.
Partisipasi batik Reog Tribusono di ajang mode internasional ini bukan hanya tentang mempromosikan desain lokal, tetapi juga membuka jalan bagi diplomasi budaya.
Keberhasilan Sakha Batik ini terasa semakin istimewa karena sejalan dengan pengukuhan Ponorogo sebagai bagian dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN). Pengakuan Reog sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada Desember 2024 semakin mengukuhkan posisinya sebagai simbol budaya yang mendunia.
Pemerintah Kabupaten Ponorogo terus mendukung penuh geliat ekonomi kreatif berbasis budaya, dengan Reog, batik, dan kuliner sebagai tiga pilar utama. Sakha Batik pun tak henti berinovasi, menciptakan motif-motif batik bernuansa Reog yang unik dan siap bersaing di pasar global.
Kisah sukses Heni Masruroh dan Sakha Batik adalah bukti nyata bahwa inovasi, budaya, dan pendidikan dapat berpadu harmonis. Warisan budaya lokal dapat menembus batas negara jika dikembangkan dengan kreativitas dan kolaborasi.
Partisipasi batik Reog Tribusono di ajang mode internasional ini bukan hanya tentang mempromosikan desain lokal, tetapi juga membuka jalan bagi diplomasi budaya.
Seni tradisional menjadi jembatan yang menghubungkan budaya Indonesia dengan dunia, serta menjadi bagian penting dari perkembangan industri kreatif global yang inklusif dan inovatif. Batik Reog Tribusono "menari" di panggung mode Shanghai, membawa kebanggaan bagi Ponorogo dan Indonesia.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel ini untuk konten akun media sosial komersial tanpa seizin redaksi lintas86.com Cepat akurat Terpercaya (min)