Kunjungan Donor Advisory Group (DAG) ke Indonesia Soroti Ketangguhan Masyarakat dan Aksi Merespon Peringatan Dini (AMPD)
0 menit baca
lintas86.com, Jakarta – Pekan ini menandai dimulainya kunjungan lapangan tahunan Donor Advisory Group (DAG) dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) di Indonesia untuk tahun 2025.
Kunjungan ini berlangsung dari 13 hingga 17 Oktober, mencakup area Jakarta, Banten, dan Lombok, dengan tujuan utama memperkuat aksi kemanusiaan lokal, meningkatkan ketangguhan masyarakat, dan penerapan pendekatan antisipatif dalam kesiapsiagaan bencana.
Sebagai forum strategis untuk dialog antara Sekretariat IFRC dan mitra donor utama, termasuk pemerintah dan Palang Merah Nasional dari berbagai negara, DAG memainkan peran kunci dalam menyusun prioritas bersama, memperkuat kolaborasi, serta mendukung jaringan IFRC agar dapat merespon kebutuhan kemanusiaan secara efektif dan efisien.
Tahun ini, DAG diketuai bersama oleh IFRC, Pemerintah Swedia, dan Palang Merah Swedia, dengan fokus tematik pada pelokalan, aksi antisipatif, dan kesinambungan finansial bagi Palang Merah Nasional. Delegasi yang ambil bagian dalam kunjungan ke Indonesia ini terdiri dari pemerintah dan Palang Merah Nasional dari Australia, Kanada, Spanyol, Swedia, Belanda, dan Inggris.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla, membuka kunjungan dengan sambutan hangat kepada para delegasi di Markas Pusat PMI, Senin, 13 Oktober. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kemitraan dalam upaya kemanusiaan.
"Selamat datang kepada seluruh mitra kemanusiaan. Kunjungan ini akan semakin mempererat kemitraan, memperluas pembelajaran bersama, dan membuka peluang baru untuk berkolaborasi. Setiap kemitraan yang dibangun dengan ketulusan dan tujuan bersama akan membawa kita selangkah lebih dekat menuju dunia di mana tidak ada seorang pun yang tertinggal," ujar Jusuf Kalla.
Nena Stoiljkovic, Under Secretary General IFRC untuk Diplomasi Kemanusiaan dan Digitalisasi, yang juga ikut serta dalam kunjungan ini, menambahkan bahwa Indonesia memberikan contoh nyata bagaimana investasi berkelanjutan pada institusi lokal dapat menghasilkan dampak jangka panjang. Dengan dukungan berkelanjutan dari IFRC, PMI telah menjadi salah satu Palang Merah Nasional terkuat di Asia Pasifik, menunjukkan bahwa model kepemimpinan lokal mampu mewujudkan ketangguhan berskala besar.
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia, secara rutin menghadapi ancaman gempa bumi, banjir, letusan gunung berapi, dan perubahan iklim. Dalam konteks ini, PMI telah berkembang menjadi aktor kunci dalam respons dan kesiapsiagaan bencana, dengan kapasitas untuk merespons secara nasional dalam hitungan jam, sembari memperkuat ketangguhan masyarakat sebelum bencana terjadi.
Pada tahun 2025, PMI mencapai tonggak penting dengan menyelesaikan Early Action Protocol (EAP) pertama untuk menghadapi banjir, di bawah mekanisme Disaster Response Emergency Fund (DREF) dari IFRC. Tonggak ini menandakan pergeseran penting dari respons reaktif menuju aksi antisipatif, memungkinkan dukungan awal yang tepat sasaran bagi masyarakat yang berisiko sebelum bencana melanda.
Sorotan Kegiatan Kunjungan meliputi:
- Jakarta : Pertemuan strategis dengan pimpinan PMI, kementerian/lembaga pemerintah, lembaga PBB, ASEAN, AHA Centre, dan pelaku aksi antisipatif untuk mendiskusikan arah dan strategi kolaborasi ke depan.
- Banten : Kunjungan ke kantor PMI provinsi untuk menilai kemitraan lokal, keterlibatan relawan, dan upaya keberlanjutan keuangan, yang menjadi elemen penting dalam menggerakkan aksi kemanusiaan secara berkelanjutan.
- Lombok : Keterlibatan langsung dengan komunitas dalam kegiatan restorasi mangrove, instalasi sistem peringatan dini, dan penerapan solusi berbasis alam, yang menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan ketangguhan lingkungan dan masyarakat terhadap bencana.
Kunjungan tahun ini tidak hanya menampilkan kekuatan kepemimpinan lokal dan semangat kerelawanan, tetapi juga menjadi ajang untuk mempromosikan bagaimana aksi antisipatif dan kemitraan strategis dapat menyelamatkan nyawa dan memperkuat ketahanan jangka panjang bagi komunitas yang rentan.
Melalui kerangka kerja sama yang ketat dan komprehensif ini, diharapkan Indonesia dapat terus meningkatkan kapasitasnya dalam menangani berbagai ancaman bencana, serta menempatkan diri sebagai contoh terdepan di kawasan Asia Pasifik dalam penerapan aksi kemanusiaan yang inovatif, inklusif, dan berkelanjutan.
Dilarang mengambil atau menayangkan ulang sebagian atau seluruh artikel ini untuk konten media sosial komersial tanpa izin dari redaksi. Untuk update cepat, akurat, dan terpercaya, ikuti lintas86.com melalui saluran WhatsApp di https://whatsapp.com/channel/0029VaDN14t6LwHsI1fAL91s. (min)