Natal di Pengungsian Badiri: Kegembiraan Anak-Anak di Tengah Bencana
0 menit baca
Pada Kamis (25/12), sebuah kegiatan Dukungan Psikososial digelar untuk membantu memulihkan kondisi emosional anak-anak terdampak bencana. Kegiatan yang mengusung tema kasih dan pemulihan ini bertujuan menghapus trauma dan mengembalikan keceriaan anak-anak di hari yang sakral tersebut.
Humas PMI Provinsi Sumatera Utara, Ihsan, menjelaskan bahwa kegiatan dimulai dengan doa bersama. Dalam lingkaran kecil, anak-anak dan pendamping memohon perlindungan dan kekuatan untuk melewati masa sulit pasca-bencana. Suasana haru berubah menjadi penuh semangat saat sesi bernyanyi bersama dimulai dengan lagu-lagu Natal ceria yang menggema di dalam gereja, membawa pesan pengharapan bagi semua yang mendengarnya.
Para relawan juga mengajak anak-anak bermain berbagai permainan edukatif dan interaktif. Kegiatan ini bertujuan mengalihkan perhatian anak-anak dari rasa takut akan bencana susulan sekaligus mempererat ikatan persaudaraan di antara para pengungsi.
"Tujuan utama kami adalah memastikan anak-anak tidak kehilangan hak mereka untuk merasa bahagia, terutama di hari Natal. Melalui dukungan psikososial ini, kita ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian," ujar Ihsan, Humas PMI Provinsi Sumatera Utara.
Sebagai penutup, seluruh anak yang berpartisipasi mendapatkan snack. Meski sederhana, pembagian makanan ringan ini disambut dengan antusiasme luar biasa. Sorak-sorai dan senyum lebar terpancar dari wajah mereka saat menerima bingkisan Natal tersebut.
Pengurus Gereja BNKP Badiri, Nauli Zebua, menyatakan kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral dan iman gereja terhadap jemaat, khususnya anak-anak yang merupakan kelompok paling rentan saat bencana.
"Natal adalah tentang pengharapan. Kami tidak ingin anak-anak kita hanya mengingat banjir dan longsor sebagai memori akhir tahun mereka. Melalui doa, nyanyian, dan permainan ini, kita ingin menanamkan bahwa Tuhan tetap hadir memberi sukacita di situasi sesulit apa pun," ujar Nauli Zebua.
Ia juga menambahkan bahwa gereja akan terus berupaya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para pengungsi.
"Pemberian snack dan dukungan psikososial ini mungkin terlihat sederhana, namun bagi kami, ini adalah cara kami memeluk mereka agar tetap tangguh dan semangat untuk bangkit kembali," pungkasnya.
Dukungan psikososial ini menjadi bukti nyata bahwa di tengah keterbatasan ruang pengungsian, kepedulian sesama mampu menjadi obat paling mujarab bagi trauma. Natal di BNKP Badiri tahun ini mungkin tidak dirayakan di rumah masing-masing, namun hangatnya kebersamaan telah memberikan "rumah" baru bagi hati anak-anak Tapanuli Tengah.
Penulis: Zabidi
Editor: Redaksi
