Banjir dan Longsor Melanda Sulawesi Selatan: 15 Orang Meninggal, Ribuan Diungsikan




lintas86.com, Luwu - Sedikitnya 15 orang meninggal dunia dan ribuan lainnya diungsikan akibat banjir dan longsor yang melanda sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan, pada Jumat (03/05). 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 14 orang meninggal dunia di Kabupaten Luwu akibat tertimbun longsor dan terseret banjir. 

Adapun satu orang lainnya meninggal dunia di Kabupaten Sidenreng Rappang atau lazim disebut Sidrap.

Selain Kabupaten Luwu dan Sidrap, bencana banjir telah melanda Kabupaten Wajo, Sinjai, Enrekang, Pinrang, dan Soppeng.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel melaporkan bahwa Luwu adalah kabupaten yang paling parah terpapar banjir. Terdapat 13 kecamatan di kabupaten itu yang terendam banjir.

Hingga Sabtu (4/5) pukul 09.00 WIB, sebanyak 2.052 kepala keluarga terdampak dan 115 jiwa di Kabupaten Luwu mengungsi di beberapa masjid dan rumah kerabat.

Takdir (38) warga di Desa Kasibiang, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu, mengaku "ketakutan" ancaman banjir susulan.

Menurut Takdir, warga di desanya mulai waspada karena ada titik longsor di pegunungan dekat desa.

"Kita tetap waspada karena di wilayah pegunungan ada beberapa titik longsor. Jangan sampai tiba-tiba datang air bah," paparnya kepada wartawan Darul Amri yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Kekhawatiran Takdir cukup beralasan mengingat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wil. IV Makassar telah mengeluarkan tanda siaga selama tiga hari ke depan untuk wilayah bencana.

Prakirawan BMKG IV Makassar, Amhar Ulfiana, menyebutkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah daerah.

Ketua Research Institute of Disaster Engineering Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr. Ardy Arsyad, menilai Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan masih berfokus pada sektor hilir, yaitu evakuasi.

"Nanti terjadi longsor baru turun ramai-ramai bikin gawat darurat, emergency, evakuasi, rehabilitasi. Tapi ada yang kurang, menurut saya, mitigasi risiko (atau) manajemen resiko. Itu tidak tersentuh dari semua pihak," ungkap Ardy Arsyad. (min)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url